28 Februari 2013

Apa itu TDS pada air ?


tds meter
Sejak di bangku sekolah, kita sudah tahu bahwa air murni adalah H2O (2 atom Hidrogen + 1 atom Oksigen).
Apakah air yang kita dapatkan dari sumber-sumber air di dalam tanah adalah air yang murni?
Sayangnya bukan. Air adalah pelarut yang universal, oleh karena itu air dengan mudah “menyerap” atau melarutkan berbagai partikel yang ditemuinya dan dengan mudah menjadi tercemar.
Dalam siklus-nya di dalam tanah, air terus bertemu dan melarutkan berbagai mineral anorganik, logam berat, dan micro-organisme.
Jumlah berbagai kimia anorganik (termasuk logam berat) yang terlarut dalam satu liter air dikenal dengan istilah TDS (Total Dissolved Solids).

Berdasarkan standar pemerintah Amerika Serikat (badan FDA), air minum mineral memiliki kadar TDS di atas 250 ppm, sedangkan air minum yang dimurnikan (purified drinking water) harus memiliki kadar TDS di bawah 10 ppm.
Berbagai merek air minum kemasan yang beredar di Indonesia yang telah kami tes biasanya memiliki TDS sekitar 100 ppm.
Sistim Reverse Osmosis Multi Treatment  dapat menghasilkan air yang sangat murni dengan kadar TDS yang hanya berkisar antara 1 – 3 ppm, puluhan kali lebih rendah dari air minum biasa lainnya. Lebih murni dan lebih sehat.

Pengertian TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun anorganic, mis : garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dll. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia (misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan, makanan, dll)

Sampai saat ini ada dua metoda yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas suatu larutan. Ada pun dua metoda pengukuran TDS (Total Dissolve Solid) tersebut adalah :

1. Gravimetry
2. Electrical Conductivity

Sebagai informasi, bahwa sebenarnya cara yang paling baik dan paling akurat untuk mengukur TDS adalah menggunakan metoda Gravimetry sebab keakuratannya bisa sampai 0.0001 gram. Diantara kedua metoda pengukuran TDS tersebut, yang akan digunakan dalam TDS meter ini adalah metode ke-dua, yaitu menggunakan prinsip Electrical Conductivity.

EC (Electrical Conductivity) atau konduktansi adalah ukuran kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Konduktansi (G) merupakan kebalikan (invers) dari resistansi (R). Sehingga persamaan matematisnya adalah :

G = 1 / R

Note : Pada literatur lainnya, simbol untuk konduktansi adalah σ, γ atau κ.

Sehingga dengan menggunakan Hukum Ohm, maka didapatkan definisi lainnya :

V = I x R

I = G x E

Secara definisi di atas, jika dua plat yang diletakkan dalam suatu larutan diberi beda potensial listrik (normalnya berbentuk sinusioda), maka pada plat tersebut akan mengalir arus listrik.

Konduktansi suatu larutan akan sebanding dengan konsentrasi ion-ion dalam larutan tersebut. Namun pada beberapa situasi hal ini tidak berlaku, pada Sodium Chlorida, konduktansi sebanding dengan konsentrasi ion-ion (semakin besar konsentrasi ion-ion pada Sodium Chlorida semakin besar pula nilai konduktansinya). Namun pada Sulfuric Acid, konduktansi akan linear terhadap perubahan konsentrasi ion hanya pada batas tertentu. Untuk konsentrasi ion yang lebih tinggi lagi, maka konduktansi menjadi tidak linear.

Satuan dasar untuk konduktansi adalah Siemens (S), dan formalnya menggunakan satuan Mho (kebalikan dari Ohm). Karena luas penampang plat dan jarak antar plat juga mempengaruhi konduktansi, maka secara matematis ditulis dengan :

C = G x ( L / A )

Dimana :

C : Konduktansi spesifik (S)
G : Konduktansi yang terukur (S)
L : Jarak antar plat (cm)
A : Luas penampang plat (cm2)


Sehingga satuan konduktansi menjadi Siemens/cm (S/cm). Besarnya pengaruh elektroda (L/A) akan mempengaruhi juga range pengukuran. Pada table dibawah ini terlihat bahwa range pengukuran konduktansi berubah ketika pengaruh elektroda (L/A) berubah.

Elektroda (dalam cm) Range Konduktansi (dalam μS/cm)
0,1 0,5 s/d 400
1,0 10 s/d 2.000
10,0 1.000 s/d 200.000

Tabel 1 : Pengaruh penampang Elektroda terhadap konduktansi

Konduktansi dipengaruhi pula oleh temperatur. Dalam sebuah metal, konduktansi menurun dengan naiknya temperatur, namun dalam sebuah semikonduktor, konduktansi akan makin besar dengan makin tingginya temperatur.

HUBUNGAN TDS/PPM DAN EC

1 μS/cm = 1 x 10-6 S/cm
1 S/cm = 1 Mho/cm
1 μS/cm = 0.5 ppm
1 ppm = 2 μS/cm

2K ppm = 4K μS/cm = 4 mS/cm = ¼K Ohm = 250 Ohm
250 ppm = 0,5K μS/cm = 0,5 mS/cm = 1/0,5K Ohm = 2K Ohm
10 ppm = 20 μS/cm = 1/20M Ohm = 0,05M Ohm = 50K Ohm


Sehingga dapat disimpulkan bahwa TDS meter adalah suatu alat teknologi yang digunakan untuk mengetahui jumlah zat terlarut (baik itu zat organic maupun anorganic, misal : garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan (dalam hal ini meggunakan metode Electrical Conductivity).
 

sumber : 

http://heksagonal.wordpress.com
http://bardowenang.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Anda ingin update blog ini via facebook hanya dengan meng-klik "like" pada facebook fan page ??? KILK DI SINI untuk mengetahui caranya