NERACA
Karawang – Setahun lagi seluruh negara ASEAN akan menghadapi pasar bebas ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 nanti, setiap negara di kawasan kerap disibukkan untuk menyusun startegi agar mampu bersaing secara kompetitif dengan negara Asean lain.nya Tak pelak lagi Indonesia saat ini sedang gencar-gencarnya agar dapat mempersiapkan diri. Salah satunya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) khususnya Direktorat Perikanan Budidaya punya 7 (tujuh) jurus plus dalam menghadapi pasar bebas AEC.
Karawang – Setahun lagi seluruh negara ASEAN akan menghadapi pasar bebas ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 nanti, setiap negara di kawasan kerap disibukkan untuk menyusun startegi agar mampu bersaing secara kompetitif dengan negara Asean lain.nya Tak pelak lagi Indonesia saat ini sedang gencar-gencarnya agar dapat mempersiapkan diri. Salah satunya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) khususnya Direktorat Perikanan Budidaya punya 7 (tujuh) jurus plus dalam menghadapi pasar bebas AEC.
“Dalam
kurun waktu satu tahun ini kita mempersiapkan diri untuk menghadapi
pasar bebas AEC. Ada beberapa hal yang harus terus kita tingkatkan dan
didorong, maka dari itu Direktorat Perikanan Budidaya mempunyai 7 jurus
plus untuk mampu bersaing dalam pasar bebas Asean nanti,” kata Slamet
Soebjakto, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), saat melakukan kunjungannya di Balai Layanan Usaha (BLU) Produksi Perikanan Budi Daya (PPB) Karawang, Sabtu (9/11).
Adapun
7 jurus itu, Soebjakto, menjelaskan pertama, tekhnologi. Dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan punya daya saing produksi maka dari itu perlu
adanya peningkatan dan up grade tekhologi yang lebih baik lagi. Kedua,
infrastruktur yang menunjang. Hampir seluruh lahan tambak berada
dipesisir pantai, kebanyakan infrastruktur yang ada kurang memadai
seperti jalan, jembatan, listrik, dan ini semua akan terus diodorong
agar segera ada perbaikan.
Ketiga, iklim usaha
yang kondusif. Tingginya harga perikanan budidaya saat ini menjadikan
daya tarik para investor baik lokal maupun asing berlomba-lomba dalam
berinvestasi pada perikanan budidaya agar laju investasi bisa berjalan
baik kami dari Kementrian memberikan ketentuan agar investasinya
berjalan kondusif. Empat, peningkatan produksi unggul dan mandiri, saat
ini Kementrian sedang melakukan pembibitan sendiri, harapannya dalam
tahun-tahun mendatang tidak ada lagi impor bibit, disamping mandiri
meminimalisir penyakit pada benih.
Lima
sertifikasi. Seluruh produk nasional nantinya akan disertifikasi karena
memang dalam pasar bebas AEC harus mengacu pada standar yang sudah
ditentukan. Untuk itu, seluruh produk ikan terutama perikanan budidaya
akan bersertifikasi. Keenam, lakukan budidaya ramah lingkungan, seluruh
elemen KKP menginginkan dalam melakukan industrialisasi dengan mengacu
pada prinsip ramah lingkungan (Blue Economy) sesuai dengan yang
digaungkan oleh KKP, tidak luput juga untuk perikanan budidaya untuk
sadar terhadap lingkungan sekitar untuk menjaga dan tidak merusak
kelestariannya.
Ketujuh peningkatan Sumber Daya Manusia
(SDM), secara alami Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar
terhadap perikanan budidaya, untuk dapat mengoptimalisasikan potensi
yang ada tentu saja harus ada dukungan dari SDM yang memadai baik dari
pemahaman dan pengetahuan tentang berbudidaya ikan agar produksinya
lebih baik sesuai dengan standar yang ditentukan dalam pasar bebas
nanti. Dan plusnya adalah budayakan cinta produk Indonesia, karena
produksi bagus, tanpa ada pasar juga bohong, Indonesia punya pasar yang
besar di Asean. Jika seluruh warga Indonesia mau konsumsi produksi
nasional perikanan nasional akan lebih maju lagi kedepan. “Inilah kunci
ataupun jurus yang sedang dan akan dijalankan dalam menghadapi pasar
bebas AEC, Jika 7 jurus dan 1 plus ini dapat terealisasi, perikanan
nasional diyakini dapat menjadi negara terbaik dalam Perikanan Asean,”
tegasnya.
Jadi Primadona
Saat
ini udang masih jadi primadona ekspor untuk ikan budidaya, tingginya
permintaan dinegara-negara Eropa dan Amerika akan udang menjadikan harga
udang saat ini yang termahal sepanjang sejarah. “Untuk ekspor udang
masih yang terbaik, karena dinegara-negara lain produksi udang menurun,
dan boleh dikatakan untuk udang sekarang harga paling bagus dan sejarah
sepanjang tahun,” kata Dirjen Slamet.
Dan adanya
tingkat penurunan di negara lainlanjutnya, merupakan peluang bagus bagi
Indonesia untuk dapat meningkatkan ekspor. Dan kami menargetkan untuk
tahun 2013 ini nasional mampu memproduksi 608 ribu ton, target ini
meningkat tajam dari tahun 2012 kemarin yang hanya 430 ribu ton, dan
untuk tahun 2014 nanti ditargetkan dapat memproduksi 700 ribu ton.
“Setiap tahun akan terus kami dorong produktifitasnya, dan bukan hanya
udang untuk budidaya yang lain juga akan terus kami tingkatkan seperti
Ikan Patin, yang kini mulai banyak permintaan dari negara lain,”
jelasnya.
Disinggung mengenai kendala mahalnya
benih dan pakan, Dirjen menjelaskan untuk pakan memang sangat pengaruh
terhadap dollar, menurunnya rupiah saat ini menjadikan harga pakan
tinggi. “Tingginya dollar mengakibatkan kelangkaan bahan baku sehingga
pakan menjadi langka dan harganya menjadi mahal,” ujarnya.
Sedangkan
untuk benih, saat ini memang sedang musim tebar, para petani tambak
mengejar agar tahun baru besok bisa panen. Karena memang bisanya pada
awal tahun harganya meningkat. “Secara umum perbenihan nasional masih
tergolong bagus, dan untuk bulan-bulan mendatang setelah musim tebar
selesai akan kembali normal,” tutupnya.Sumber: NERACA.CO.ID Tanggal 11 November 2013 Hal.1
0 komentar:
Posting Komentar